“Berpikir itu ibarat teleskop,Sesuatu yang tak dapat ditangkap oleh
panca indera menjadi tampak demikian jelas dalam sudut kaca pikiran.
Kasih sayang Alloh Ta’ala nan tiada terhingga tak banyak
mata bisa menangkap.Kebaikan dari Alloh yang senantiasa meliputi diri
manusia,tak banyak tangan bisa meraba.Ratusan juta kebaikan nan melimpah ruah
dari Alloh tak banyak telinga bisa mendengar.Tapi dengan berpikir semuanya itu
akan kian tampak nyata,pikiran bisa menyingkap kabut kebodohan,merasakan
dirinya ditengah lautan kenikmatan,kebahagiaan dalam belaian kasih
sayangNya.Tak berhenti di sini,setelah berhasil menembus dinding nikmat itu
meningkat lagi menuju sang Maha Pemberi Nikmat .Mampu merasakan kehadiran Alloh
dan sifat-sifat-Nya yang mulia.Untuk itulah ada sebuah ungkapan dari
orang-orang ahli tashawuf bahwa setiap ia melihat ayatulloh tak pernah berhenti
pada ayat itu,yang tampak adalah”wujud”dari Alloh itu sendiri…Yang artinya..”Dialah
yang Maha Awal dan Maha Akhir,Maha Dhohir dan Maha bathin..”Apakah hal
itu berlebih..?Tentulah tidak.Apalagi mengingat bahwa”melihat”Alloh atau
ma’rifatulloh itu justru awaalu wajibin.Kewajiban paling awal bagi manusia
adalah mengenal adanya Tuhan dengan yakin dan teguh.Jika dikatakan ibadah
adalah menyembah pada Alloh,Bagaimana mungkin manusia bisa beribadah sementara
dia tidak mengenal sang sesembahannya…